Antusiasme tinggi para BLINK (sebutan untuk fans BLACKPINK) berubah jadi rasa penasaran penuh keringat, mirip peserta escape room yang dikunci tanpa petunjuk arah. Bukan karena lagu-lagu BLACKPINK yang bikin mikir keras, tapi karena satu hal: mereka nggak bisa lihat panggung sama sekali.
“Saya pikir ini konser immersive,” ujar Yuni (24), fans garis keras Jennie, yang mengaku sudah antri dari jam 4 subuh. “Ternyata immersive-nya literal, saya benar-benar menyatu dengan tembok venue.”
Puluhan penonton mengeluhkan kursi yang ditempatkan persis di belakang layar LED raksasa atau di pojokan venue dengan visibilitas nol. Sebagian hanya bisa menonton bayangan para member, dan yang lain… ya, hanya menatap tembok dan sesekali melihat lampu sorot lewat di atas kepala.
“Setiap teriakan penonton lain, saya cuma bisa menerka. Mungkin itu Lisa. Mungkin juga teknisi panggung. Seru sih, kayak main tebak-tebakan,” kata Edo (28), yang mengaku lebih sering nonton ke arah speaker daripada ke panggung.
Lucunya, banyak fans akhirnya saling membentuk “tim investigasi”, saling memberi info tentang posisi member. Seperti permainan escape room, mereka berbagi clue lewat WhatsApp dan Twitter:
- “Jisoo lagi di kiri nih, tapi ketutupan tiang!”
- “Jennie pakai baju biru!”
- “Siapa yang barusan ngomong? Itu suara Rosé nggak sih?”
Pihak penyelenggara belum memberikan klarifikasi resmi, tapi rumor menyebut ada kesalahan penempatan seat map dan keterbatasan layout venue.
Sementara itu, para penonton yang duduk “di balik layar” mulai membentuk komunitas tersendiri. Mereka menamakan diri “WallBLINK” — karena hanya mereka yang tahu detil tekstur dinding venue dengan akurasi 4K.
“Saya nggak lihat BLACKPINK, tapi saya kenal semua retakan kecil di tembok barat,” ujar Lina, sambil memotret bekas tempelan duct tape di dinding.
Konser ini akan dikenang bukan hanya karena performa BLACKPINK yang memukau (katanya), tapi juga karena keberhasilan panitia menggabungkan hiburan musik dengan pengalaman spiritual menatap tembok.