Heboh! PD Variety Show Sixth Sense 2 Diduga Lakukan Pelecehan, Kuasa Hukum Bilang Ada Bukti Balik

Kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan sutradara program variety show populer Sixth Sense 2 mendadak menjadi sorotan publik.

PD A, yang memimpin produksi acara tersebut, dilaporkan atas dugaan melakukan tindakan tidak pantas terhadap seorang staf wanita.


Namun, pihak PD dengan tegas membantah semua tuduhan, menyebut bahwa klaim tersebut sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis oleh kuasa hukum PD A, pengacara Lee Kyung Jun dari firma hukum Cheongchul menegaskan bahwa kliennya tidak pernah melakukan tindakan yang menimbulkan rasa malu secara seksual.

Ia menjelaskan bahwa pada malam kejadian 14 Agustus lalu, di tengah acara makan malam yang dihadiri sekitar 160 orang, hanya terjadi kontak ringan seperti saling menepuk bahu atau merangkul sebentar di tempat umum.


Bahkan, pelapor disebut juga melakukan hal serupa terhadap A.

Kuasa hukum juga mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki bukti video yang memperlihatkan pelapor justru melakukan kontak terlebih dahulu dengan A.

Salah satu rekaman bahkan diambil empat hari setelah malam kejadian, memperlihatkan pelapor berusaha merangkul A dari belakang.

Bukti tersebut, kata pengacara, telah diserahkan kepada pihak berwenang untuk memperkuat pembelaan bahwa tuduhan pelecehan tersebut tidak berdasar.

Namun, pihak pelapor B melalui pengacaranya, Lee Eun Ui, memberikan keterangan berbeda.

Menurutnya, PD A melakukan tindakan tidak pantas setelah acara makan malam kedua di dekat gedung tvN, dengan memijat lengan dan leher B tanpa persetujuan.

B yang merasa terganggu kemudian mencoba menghindar dan segera meninggalkan tempat.

Lima hari setelah kejadian, B mengaku tiba-tiba diberitahu bahwa dirinya dikeluarkan dari tim produksi Sixth Sense: City Tour 2, padahal sebelumnya tidak ada konflik atau teguran dari pihak PD.

Kasus ini pun kini menjadi sorotan di industri hiburan Korea Selatan.

Kedua pihak bersikeras dengan versi mereka masing-masing satu pihak menegaskan adanya pelecehan, sementara pihak lain mengklaim memiliki bukti pembelaan.


Publik menantikan hasil penyelidikan resmi untuk mengungkap siapa yang benar dalam kasus yang memicu perdebatan antara kebenaran dan kebohongan ini.