Pada 7 Desember 2024, upaya pemakzulan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, gagal setelah hasil voting di DPR tidak memenuhi ambang batas yang dibutuhkan. Meskipun lebih dari seratus anggota DPR mendukung pemakzulan, hanya 195 suara yang tercatat, sementara setidaknya 200 suara diperlukan untuk menggulingkan presiden. Keputusan ini mencerminkan ketegangan politik yang semakin dalam di Korea Selatan.
Pemakzulan dipicu oleh pernyataan darurat militer yang kontroversial dari Yoon, yang dinilai terburu-buru dan mengganggu kehidupan masyarakat. Protes besar-besaran di kalangan masyarakat, selebriti, dan pekerja industri kreatif menuntut pengunduran dirinya. Namun, meskipun ada tekanan kuat, Yoon berhasil mempertahankan posisinya untuk sementara waktu.
Gagalnya pemakzulan ini menunjukkan adanya polarisasi politik yang dalam di Korea Selatan. Ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Yoon masih tinggi, dan ketegangan sosial serta ekonomi kemungkinan akan terus meningkat. Apakah ini akan menandakan berlanjutnya ketidakstabilan politik, ataukah Yoon dapat meredakan protes yang terus berkembang? Masa depan politik Korea Selatan kini semakin tak pasti.
