Biasanya, ketika sebuah negara mengirim atlet ke luar negeri, yang dibawa pulang adalah medali, rasa bangga, dan reputasi baik. Tapi tidak dengan kasus yang satu ini. Beberapa atlet nasional Iran, yang seharusnya menjadi panutan, justru terjerat kasus kriminal berat di Korea Selatan: diduga melakukan pemerkosaan secara beramai-ramai terhadap seorang perempuan Korea.
Ya, Anda tidak salah baca. Atlet yang seharusnya menjunjung tinggi sportivitas dan etika internasional, malah diduga menjadikan kunjungan mereka ke luar negeri sebagai “tour kriminal”. Bukan untuk berkompetisi, tapi untuk mempermalukan diri mereka sendiri—dan negaranya.
Ironisnya, mereka datang sebagai “wakil bangsa”, membawa lambang negara di dada, tetapi pulang dengan borgol di tangan. Ini bukan lagi soal hukum negara tuan rumah, tapi soal moral dasar manusia. Rupanya, kecepatan, kekuatan, dan teknik di lapangan tidak berbanding lurus dengan integritas dan kendali diri di luar lapangan.
Yang lebih menyedihkan, kasus seperti ini bukan yang pertama kali terjadi dalam sejarah olahraga internasional. Tapi tetap saja, dunia harus dibuat tercengang setiap kali atlet—yang mestinya menjadi simbol disiplin dan kehormatan—malah berubah menjadi pelaku kriminal.
Belum diketahui bagaimana reaksi resmi dari otoritas olahraga Iran. Tapi satu hal pasti: kalau ini yang disebut "duta besar olahraga", maka dunia lebih baik tidak menerima delegasi sama sekali. Karena tidak ada satu pun medali yang bisa menebus trauma seorang korban kekerasan seksual.