Acara reality show asal Korea Selatan, UNDER15, kini tengah menghadapi kecaman besar dari publik setelah menampilkan anak-anak yang mengenakan crop top atau atasan pendek yang dianggap tidak pantas. Keputusan untuk menampilkan pakaian tersebut pada anak-anak dalam acara yang ditujukan untuk pemirsa muda ini memicu perdebatan soal seksualisasi anak-anak di dunia hiburan.
Kontroversi ini semakin memanas seiring dengan adanya tuduhan serius yang melibatkan aktor Kim Soo Hyun, yang baru-baru ini diterpa kabar tidak mengenakkan terkait hubungan tidak senonoh dengan beberapa selebritas muda. Meskipun kasus Kim Soo Hyun belum memiliki konfirmasi yang jelas, kasus ini memberikan dampak besar bagi citra dunia hiburan Korea Selatan. Ketika isu ini digabungkan dengan sorotan terhadap pakaian yang dikenakan oleh para peserta muda di UNDER15, kritik terhadap industri hiburan semakin menguat.
Beberapa pihak menganggap bahwa pakaian seperti crop top yang dikenakan oleh anak-anak dalam acara tersebut berisiko untuk menyeksualisasi anak-anak, yang seharusnya dilindungi dari eksploitasi semacam itu. Di sisi lain, para pendukung acara ini berpendapat bahwa itu hanya merupakan bagian dari tren mode yang diikuti oleh banyak anak muda saat ini, dan bahwa tidak ada yang salah dengan menampilkan gaya tersebut.
Namun, yang menjadi sorotan utama adalah timing dari kejadian-kejadian ini yang bertepatan. Banyak yang merasa bahwa industri hiburan, khususnya dalam acara-acara yang melibatkan anak-anak, harus lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam memilih konten yang sesuai untuk usia mereka.
Kontroversi ini membuka diskusi lebih luas mengenai standar etika dalam industri hiburan, khususnya terkait perlindungan terhadap anak-anak. Banyak yang mendesak agar ada regulasi yang lebih ketat terkait pakaian dan perilaku anak-anak dalam dunia hiburan agar tidak terjadi eksploitasi yang dapat merugikan perkembangan mereka.
Dengan semakin terbukanya perbincangan mengenai isu ini, banyak yang berharap agar industri hiburan Korea Selatan bisa lebih bijaksana dalam memilih dan menampilkan konten yang ramah anak, serta lebih sensitif terhadap dampak sosial yang ditimbulkan.
